
Benih Benih Benalu
Mahasiswa lebih tinggi kedudukannya dari presiden Mahasiswa takut ke dosen, dosen takut ke rektor, rektor takut ke presiden, presiden takut ke mahasiswa. Mahasiswa ada di atas angin dan menduduki peranan yang sangat penting dalam tonggak perjuangan dan kebangkitan Indonesia.
Itulah pemahaman yang sering kudengar tentang betapa hebatnya mahasiswa dari para aktivis kampus dan para senior Benar atau salah it doesn't matter, karena bagiku mahasiswa tidak ada bedanya dengan siswa di sekolah-sekolah terdahulu. Perbedaannya hanya ada pada awal kata, Maha, Kata Maha sendiri juga masih menjadi pertentangan dalam kalbuku, secara Maha itu menunjukkan sesuatu yang Wah, yang Wow dan Superior, Sedangkan kata Maha identik dengan Tuhan. Lalu, Maha-Siswa ini dimaksudkan untuk apa? Apa menyamakan Mahasiswa dengan tuhan sehingga mahasiswa bisa seenaknya membuat jalanan macet atau membakar ban-ban bekas yang menyesakkan pernafasan?
Tak cukup sampai disitu, pertanyaan selanjutnya datang dari sisi lain dalam diriku. Kenapa sih Mahasiswa bangga dengan title ke-mahasiswaan-nya? Well, suka atau tidak suka aku berusaha menjawab pertanyaan itu sendiri. Aku sendiri tidak begitu bangga dengan torehan Mahasiswa yang melekat padaku. Toh, selama satu tahun di kampus ini aku tidak benar benar melaksanakan tugasku sebagai mahasiswa. Menurut rumor yang sudah mengakar di kalangan akademisi, mahasiswa itu adalah agent of change, agent of iron, dan agent of social control. Tak satupun dari hal tersebut yang aku jalankan, atau bahkan aku perbuat.
Menjadi Mahasiswa snagatlah berat, tentunya bagi yang ingin menjadi mahasiswa seutuhnya. Tak hanya sekedar belajar dan mengajar, Mahasiswa lebih dari itu. Sekali lagi aku teringat dengan perkataan mantan ketua UKM PL, jangan hanya menjadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang, kuliah-pulang), jadilah mahasiswa kura-kura (kuliah-rapat, kuliahrapat). Benar, dan sangat benar sekali apa yang diucapkannya. Tapi, walaupun hal itu memang benar, toh aku hanya bisa menjadi pendengar yang setia tanpa bertransformasi menjadi penggerak roda badan. Hanya bisa mendengar dan mendengar, sampai-sampai kata-kata tentang mahasiswa sejati bertumpuk di labirin schemata otakku.
Hei, aku adalah aku, dan kamu adalah kamu. Tapi aku tidak mau tetap menjadi aku yang sekarang. Untuk sekarang kuambil slogan partai Gerindra, slogan partai Gerindra Saatnya Perubahan. Perubahan menjadi lebih baik, dari benalu menjadi sesuatu dan suatu saat menjadi nomor satu. Aku tidak mau menjadi benalu selamanya. Aku juga ingin menjadi kumbang yang terbang bebas namun tetap memberikan manfaat bagi bunga yang tetap memberikan manfaat bagi bunga yang bermekaran, bermanfaat bagi kampus dan Negara, meskipun sedikit itu tidak masalah.
Benalu akan tetap menjadi benalu, kecuali benalu tersebut dipotong dan dibuang dengan akarnya. Menyingkirlah benalu, datanglah diriku yang baru.
0 Response to "Benih Benih Benalu"
Posting Komentar
Apa pendapatmu tentang tulisan ini?