Serdadu Pemburu, Aku Rindu Guruku

Serdadu Pemburu, Aku Rindu Guruku

Esensi guru kini sudah bergeser dari digugu dan ditiru menjadi serdadu pemburu. Jika pada masa-masa dulu sosok guru adalah profesi yang kurang diminati, maka sekarang banyak orang yang ingin menjadi guru. Lalu, apakah ini tanda dari kemajuan pendidikan? Tunggu dulu kawan, jangan terlalu cepat menyimpulkan. Mari kita menengok kembali ke masa lalu.

Pada masa dulu, sangat sedikit sekali guru yang tersedia. Ini penulis rasakan ketika berada di bangku SD. Seorang guru yang merangkap banyak mata pelajaran bukan lagi hal yang baru pada masa itu. Namun bukan berarti pembelajaran di sekolah jadi amburadul. Kenyataannya, meskipun banyak guru yang merangkap, mereka masih bisa mengajari murid-muridnya dengan baik. Seorang guru pada masa itu memang merupakan sebuah pilihan. Karena merupakan sebuah pilihan, maka kredibilitas sebagai seorang pengajar menjadi lebih terjamin.

Tapi coba bandingkan dengan profesi guru pada saat ini. Memang benar profesi guru banyak diminati. Namun kita lihat dulu, apa sebabnya? Guru mulai menanjak naik grafiknya dari segi peminat sejak tahun 2007, tepatnya saat dikeluarkannya kebijakan tentang Sertifikasi Guru. Dengan adanya sertifikasi, maka diharapkan guru semakin termotivasi untuk meningkatkan kulitas mengajarnya. Sejak itulah arus peminat profesi guru mulai bergerak.

Sekali lagi perlu dipertanyakan kembali tentang efektivitas sertifikasi itu. Apakah sertifikasi itu efektif untuk membentuk sosok guru yang sesungguhnya? Alasan kebanyakan orang memilih profesi guru adalah karena gajinya tidak kalah dengan profesi-profesi lapangan lain untuk saat ini. Apalagi sudah ada sertifikasi. Tujuan utama sertifikasi adalah mensejahterakan guru berprestrasi, tapi kenyataannya kini sertifikasi adalah incaran utama para guru. Guru-guru berupaya mendapatkan sertifikasi, sehingga kadang melupakan tugas utamanya yang mulia, yaitu mengajari siswanya.

Ini bukan main-main kawan. Penulis sendiri yang mengalaminya. Tepatnya ketika kelas 3 SMP. Salah seorang guru (tidak perlu disebutkan namanya) jarang masuk ke kelas dengan alasan mempersiapkan sertifikasi. Bukan hanya satu dua kali, tapi berkali-kali, bahkan berbulan-bulan. Ternyata Dia (guru pemburu yang terhormat) pada akhirnya gagal menembus sertifikasi. Seorang guru lain pernah berkomentar: "Inilah yang terjadi jika hanya memikirkan sertifikasi. Tugas seorang guru adalah mengajar, bukannya mengejar sertifikasi," ujar salah satu guru di SMP-ku.

Kawan, banyak sekali serdadu pemburu di masa sekarang ini. Esensi guru sudah berubah menjadi pemburupundi-pundi uang sertifikasi. Mereka seakan lupa dengan kenikmatan sesungguhnya seorang guru, yaitu mengajari muridnya dan menjadikan muridnya orang yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Padahal kemajuan suatu bangsa ada di tangan para pendidik (guru). Jika pendidiknya selalu memikirkan tentang materi, pantas saja korupsi terus merajalela, karena mengadopsi pemikiran sang guru terhadap materi.

Namun bukan berarti semua guru begitu. Masih banyak guru yang benar-benar menjadi guru. Mereka adalah yang memang tujuannya untuk mengajar atau yang terpanggil untuk mengajar. Kepuasan bagi mereka adalah ketika melihat murid-muridnya paham dan antusias terhadap pelajaran yang mereka berikan. Merekalah yang berhak mendapat julukan ‘pahlawan tanpa tanda jasa'.

Mari simak sajak dari Agung Pryanda tentang pahlawan tanpa tanda jasa ini:

Hidup penuh lika-liku

menjadi seorang pengajar mungkin jalan ku sekarang

tanpa imbalan bahkan orang lain melihat ini percuma

tapi disini aku mewariskan mimpi indah ku kepada mereka

dengan penuh harap aku menjalankannya

Mendambakan melihat mereka besar nanti

saat mereka menjadi seorang yang besar 

dan itulah saat-saat aku bahagia.

Guru, digugu dan ditiru sekaligus menjadi serdadu pemburu. Sampai kapan pergeseran makna ini akan terjadi?

Aku rindu guruku. Guru sejati yang mengajar bukan untuk materi.

0 Response to "Serdadu Pemburu, Aku Rindu Guruku"

Posting Komentar

Apa pendapatmu tentang tulisan ini?

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel