Suka Duka Fasilitas Kampus STAIN Pamekasan

Suka Duka Fasilitas Kampus STAIN Pamekasan

Dalam aktivitas perkuliahan, adanya fasilitas yang memadai merupakan salah satu faktor pendukung yang meningkatkan keberhasilan. Tidak hanya itu, fasilitas kampus juga akan memudahkan mahasiswa dalam melakukan aktifitasnya sebagai pelajar dan agen perubahan. Sebagai satu-satunya perguruan tinggi  plat merah di Pamekasan, STAIN Pamekasan selalu berupaya memenuhi fasilitas yang dibutuhkan mahasiswa.

Pemenuhan fasilitas kampus tidak serta merta bisa didapatkan dengan cepat. Menurut Wakil Ketua 2, Akhmad Mukhlis, segala kebutuhan termasuk fasilitas kampus harus diajukan 2 tahun sebelumnya, setelah itu baru dana turun dari pusat. Hal tersebut senada dengan pengakuan Ruswandi selaku kepala sub bagian (Kasubag) Umum ketika ditemui oleh crew Activita di kantornya. Tambahnya, seluruh proses pengadaan segala kebutuhan berawal dari usulan setiap UPT (Unit Pelaksana Teknis) yang ada di STAIN Pamekasan. Sedangkan untuk kebutuhan umum seperti Auditorium dan semacamnya ditangani langsung oleh rektorat. Untuk penganggaran fasilitas kampus sendiri ditangani oleh tim perencana, yang terdiri dari pimpinan, ketua jurusan, dan sub bagian keuangan.

Untuk mengetahui respon mahasiswa terkait fasilitas kampus, crew Activita menyebarkan angket kepada mahasiswa. Sebanyak 50 mahasiswa dijadikan sample yang dipilih secara acak (random sample). Mengenai kepuasan terhadap fasilitas kampus, hanya 18%   responden yang mengaku puas dengan fasilitas kampus yang ada. Lalu 34% mengaku tidak puas, dan sisanya kadang-kadang. Secara berurutan, dari yang terbanyak, fasilitas yang dikeluhkan oleh mahasiswa antara lain LCD Projector, Air dan kamar mandi, Air Conditioner (AC), parkiran serta fasilitas masjid.

Pihak terkait yang menangani hal ini tentunya tidak tinggal diam. Selalu ada upaya untuk meningkatkan dan memperbaiki fasilitas yang ada. Pemenuhan tersebut tidak dapat selesai secara instan, melainkan membutuhkan proses  yang  bertahap. Diantara fasilitas yang selalu diupayakan adalah pengadaan LCD projector. Pada tahun 2013, sebanyak 14 unit LCD projector terpasang di beberapa gedung. Sebanyak 7 unit dipasang di dalam ruang perkuliahan dan 7 unit  lainnya dipasang di kantor prodi.

Meskipun sudah banyak projector yang terpasang, ternyata masih ada kendala yang terjadi. Cepatnya kerusakan pada projector merupakan salah  satu faktor yang mengakibatkan terganggunya aktivitas yang ada. Banyak mahasiswa dan dosen yang mengeluh karena proses perkuliahan terhambat, manakala LCD projector yang ada tidak bisa digunakan. Hal tersebut dikarenakan LCD projector hanya bisa digunakan selama 5000 jam. Lebih dari itu sudah tidak bisa digunakan  lagi. LCD yang sudah tidak berfungsi itu nantinya akan diganti dengan yang baru, karena biaya   penggantian LCD dengan yang baru lebih murah daripada biaya memperbaikinya. "Kalaupun mau diperbaiki harganya lebih mahal jika dibandingkan dengan membeli LCD projector yang baru,” ujar Ruswandi. 

Tidak hanya masalah teknis, masalah operasional penggunaan LCD juga memicu cepatnya kerusakan LCD projector. Menurut pengakuan beberapa penanggung jawab gedung, biasanya LCD selalu ditinggalkan dalam keadaan masih menyala setelah kelas usai, sehingga penanggung jawab gedunglah yang mematikan LCD saat sudah tidak ada lagi yang memakai kelas tersebut. Memang sudah merupakan tugas mereka untuk mematikan LCD saat tidak ada lagi perkuliahan.  Namun idealnya, LCD projector harus selalu dimatikan (dengan prosedur yang benar) setelah kelas usai dan dihidupkan lagi jika kelas dipakai kembali, bukan  hanya dimatikan setelah tidak ada lagi yang menempati kelas.

Tentunya tidak pantas seorang pengajar menjadikan ketiadaan LCD menghalangi penyampaian materi perkuliahan. Salah satu dosen, Akhmad Fawaid mengaku seringkali ia merasa terganggu ketika LCD yang diperlukan dalam penyampaian materi tidak ada. Meski begitu dia tetap menyampaikan materi. Caranya, dia harus merubah strategi mengajarnya. “Cara mengatasinya adalah mengubah strategi dalam mengajar. Misalkan membuat handout yang dibagikan kepada mahasiswa atau meminta mereka untuk mendownload materi yang akan saya ajarkan di blog saya. Tapi kebanyakan mereka tidak mendownloadnya,” ujarnya sembari tersenyum.

Kendala lainnya yang dihadapi adalah masalah listrik. Daya listrik yang ada saat ini tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan yang ada, terlebih saat difungsikannya gedung perpustakaan baru yang membutuhkan pasokan energi listrik yang tidak sedikit. Akibatnya, AC menjadi tidak stabil. "Dalam satu ruangan itu kan ada sekitar 3 AC. Nah, kadang yang hidup hanya AC yang pertama. Ketika AC pertama dimatikan, yang hidup AC kedua. Sama halnya ketika ruangan sebelahnya mati, ruangan satunya hidup, begitupun sebaliknya," papar salah satu penanggung jawab gedung saat ditemui crew Activita.

Untuk mengatasi persoalan listrik, pihak kampus membuat gardu listrik baru yang akan diberikan trafo berkekuatan 555.000 watt. Menurut Ruswandi, daya tersebut setara dengan kebutuhan dua desa. Ia optimis bahwa gardu listrik yang baru tersebut bisa memenuhi kebutuhan listrik STAIN Pamekasan secara menyeluruh.

Terkait masalah air, pihak kampus sudah melakukan berbagai upaya agar pasokan air bisa berjalan dengan lancar. Diantaranya adalah penggalian sumur di beberapa titik yang mendatangkan langsung ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Namun upaya tersebuttidak mendapatkan hasil. Kemudian membeli air dari tangki dan memperbesar ukuran pipa. Terakhir, yang dilakukan beberapa bulan yang lalu adalah melakukan audiensi ke kantor DPRD Pamekasan. Dalam audiensi tersebut, Ketua Komisi D menghimbau kepada direktur PDAM agar memberikan pelayanan yang maksimal kepada STAIN Pamekasan. Hal tersebut disanggupi oleh direktur PDAM. Namun permintaan untuk mengalirkan air selama 24 jam tidak bisa dipenuhi karena akan mengurangi jatah air bagi masyarakat sekitar. Dari pantauan crew Activita, pasokan air sekarang sudah lebih baik daripada sebelumnya. Meskipun tidak 24 jam mengalir, pada waktu-waktu sholat, mahsaisswa tidak lagi kelimpungan untuk mengambil wudlu'. Namun tetap ada kamar mandi di beberapa gedung yang pasokan airnya belum maksimal.

Selain itu fasilitas masjid juga menjadi hal yang sering dikeluhkan mahasiswa. Terbatasnya peralatan ibadah, semisal sarung dan mukenah membuat mahasiswa yang ingin menunaikan shalat harus mengantri. Pihak kampus sendiri sebenarnya sudah menyediakan peralatan ibadah. Sarung, mukenah dan sajadah sudah ada. Untuk perawatannya ditangani oleh salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang kantornya berada di samping masjid, yakni IQDA (Ikatan Qari' dan Dakwah). "Kami memang menyanggupi untuk merawat fasilitas di masjid. Meskipun sudah kami rawat, namun tetap saja masih banyak mahasiswa yang menggunakannya sembarangan. Sarung, mukenah, dan sajadah jarang sekali tertata rapi di dalam masjid," pungkas salah satu pengurus UKM IQDA.

Pemandangan yang tidak mengenakkan juga akan kita temukan di dalamnya. Banyak sampah berserakan, terutama di masjid lantai 2. Hal ini diakui salah seorang mahasiswi yang sering shalat di sana. "Kesadaran mahasiswi tentang kebersihan masjid masih kurang. Masjid kan tempat yang suci, ok malah membuang sampah di dalamnya," ucapnya.

Perpustakaan juga merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dimiliki sebuah kampus. STAIN Pamekasan patut berbangga diri memiliki gedung perpustakaan baru yang berdiri dengan megahnya di selatan gedung kesekretariatan mahasiswa. Gedung perpustakaan baru tersebut pembangunannya menghabiskan dana kurang lebih 4,8 Milyar. Perpustakaan yang terdiri dari 3 lantai itu menggantikan perpustakaan lama yang sebelumnya berlokasi di samping gedung dosen dan jurusan. Lantai pertama (lantai dasar) merupakan ruang locker. Rencananya lantai pertama juga akan disediakan wi-fi sehingga mahasiswa bisa mengakses   internet, meskipun sampai saat ini belum terlaksana. Lantai kedua adalah tempat koleksi umum dan ruang baca, juga digunakan sebagai tempat peminjaman   buku. Sedangkan lantai ketiga adalah ruang referensi, dimana isinya hanya boleh dibaca dan difotocopy, tidak boleh dipinjam. Perpustakaan juga dilengkapai dengan pemindai yang akan berbunyi jika buku yang dibawa keluar belum dipinjam atau tidak dipinjam dengan benar. Hal ini meningkatkan keamanan terhadap koleksi buku di perpustakaan.

Bagaimanapun juga, fasilitas yang ada di wilayah STAIN Pamekasan adalah tanggung jawab bersama. Sudah merupakan tugas semua pihak, baik itu mahasiswa, karyawan, dosen maupun pimpinan untuk ikut menjaga   dan melestarikannya. Sehingga fasilitas kampus tidak hanya dibiarkan begitu saja, melainkan digunakan secara maksimal serta dirawat dengan baik.


*) Tulisan ini dimuat di Rubrik “Laporan Khusus” Majalah Activita Edisi 36 (Februari 2014) yang diterbitkan oleh LPM Activita.

0 Response to "Suka Duka Fasilitas Kampus STAIN Pamekasan"

Posting Komentar

Apa pendapatmu tentang tulisan ini?

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel