
Kritisi Pidato Obama, Go International
Abdul Ghafur adalah salah satu dosen berprestasi yang mengharumkan nama STAIN Pamekasan di kancah Internasional. 12 Agustus lalu, ia mempresentasikan karya tulisnya yang berjudul “Power Society and Ideol ogy in ‘Pulang Kampung’ Speech Text” di River View Hotel Singapura.
Bersaing dengan akademisi dari berbagai negara, ia bersama tiga orang lainnya mewakili Indonesia dalam International Conference yang diadakan di Singapura tersebut. Ia adalah satu-satunya peserta yang berasal dari Madura, sementara tiga orang lainnya berasal dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Tulisannya berawal saat ia membaca teori tentang bahasa politik (Analisis Wacana Kritis) oleh Norman Pairclough dalam bukunya “Language and Power”. Lalu ia menerapkan teori tersebut dalam pidato Barrack Obama tiga tahun silam (2010) di Universitas Indonesia (UI). Menurut Ghafur, ada banyak hal menarik dalam pidato yang disampaikan oleh orang nomer satu di Amerika tersebut, dan ia menuliskannya dalam karya tulisnya.
“Misalnya saat Obama menyapa audiens dengan ‘Assalamu’alaikum’. Sebagai seorang linguist saya melihat ada maksud lain di balik salam itu. Demikian halnya saat Obama mengucapkan ‘pulang kampung nih’. Versi saya, Obama yang merupakan ahli retorika mencoba untuk meredam amarah massa yang saat itu menolak kehadirannya dengan menggunakan figurative language," paparnya.
Pria kelahiran Probolinggo ini mengetahui informasi tentang Jurnal Internasional dari Internet dan kebiasaannya ‘googling’ saat memiliki waktu luang. Setelah ia mengirimkan tulisan dan menunggu review selama beberapa bulan, akhirnya ia dipanggil melalui e-mail untuk menghadiri International Conference di Singapura. Sebenarnya tulisannya diterima di dua jurnal internasional, yakni Jurnal WASET (Word Academy of Science Engineering and Technology) dan jurnal ICEASS (International Conference on Education and Social Sciences). Namun karena waktu pelaksanaan konferensi hampir bersamaan, ia memilih salah satu, yakni jurnal WASET.
Karena baru pertama kali ke Singapura, Dosen yang akrab dipanggil ‘daddy’ ini mengaku mengalami cultural shock saat tiba di sana. Ia melihat ada perbedaan budaya antara masyarakat Indonesia dan Singapura. “Di sana mereka lebih menghargai waktu, menjaga kebersihan, dan menghargai orang lain,” tambahnya. Saat mempresentasikan karyanya di depan 132 orang dari berbagai negara, ia sempat nervous. Namun karena melihat bahasa inggris peserta lain tidak lebih baik dari dirinya, ia menjadi lebih optimis.
Ghafur berangkat ke Singapura pada 10 Agustus 2013 dan kembali ke tanah air pada 12 Agustus, seusai mempresentasikan karyanya. “Karena pengen irit, pada malam pertama (10/8) saya tidur di sofa bandara, baru keesokan harinya mencari penginapan,” kenangnya. Untuk jurnalnya sendiri belum sampai ke tangannya, dengan kata lain proses pembukuannya belum selesai.
Saat ditanya mengenai kualitas tulisan mahasiswa, ia mengatakan bahwa beberapa karya skripsi mahasiswa sangat bagus. Contohnya seperti skripsi tentang ‘Critical Discourse Analysis’ yang juga mengulas pidato Barrack Obama. “Kalau saya lihat, skripsi mahasiswa tentang linguistics dan sastra inggris bagus-bagus. Saya optimis karya mereka bisa tembus ke jurnal luar jika mereka bersungguh sungguh,” pungkasnya. (SNJ)
Tulisan ini dimuat di Tabloid WARTA STAIN Pamekasan Edisi 1 (Januari-April 2014) dalam rubrik "Progress" saat penulis menjadi reporter di tabloid tersebut.
0 Response to "Kritisi Pidato Obama, Go International"
Posting Komentar
Apa pendapatmu tentang tulisan ini?