
Mengembalikan Jati Diri Pendidikan
Untuk menyambut hari pen didikan nasional, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Tarbiyah menggelar seminar bertema “Idealisme Pen didikan di Tengah Gejolak Pragmatisme Bangsa.”
Tujuan dari adanya seminar ini adalah untuk membangkitkan kembali semangat mahasiswa Tarbiyah untuk mengetahui arti pendidikan yang sebenarnya. Juga agar nantinya, saat berada di luar kampus mahasiswa tidak bersifat pragmatis, tidak menjadikan pendidikan sebagai lahan bisnis.
Seminar yang berlangsung pada Senin (14/4) di Auditorium STAIN Pamekasan ini berjalan dengan lancar. Sejak acara dimulai para peserta dengan antusias sudah me menuhi tempat duduk yang telah disediakan. Bahkan jumlah peserta yang datang melebihi perkiraan panitia. Imam Farisi, dosen Uni versitas Terbuka Surabaya menjadi pemateri dalam kegiatan ini. Pria asli Pamekasan ini menjelaskan secara gamblang terkait dengan tema yang diberikan.
Imam menyampaikan, generasi muda harus kembali pada jati di rinya. Jati diri disini bukan berarti apa yang ada di masa lalu. Tapi jati diri yang dimaksud adalah jati diri yang sudah direkonstruksi dan di padukan dengan unsur lainnya, ada unsur globalisasi, unsur teknologi dan unsur peradaban baru. Ia juga menambahkan, untuk menjadi guru yang profesional dan baik harus didasari dengan komitmen keprofesian yang baik. Tanggung jawab untuk mencerdaskan bangsa agar menjadi generasi yang beretika dan bermoral, itulah yang harus menjadi komitmen bersama.
Menurutnya, yang namanya gelar, ijazah ataupun akta seharusnya hanya dijadikan sebagai instrumen, bukan malah dijadikan sebagai tujuan akhir dari suatu proses pendidikan. “Sekarang banyak guru yang ikut sertifikasi, bukan untuk menunjang kemampuannya sebagai pendidik, tapi justru untuk memperoleh embel-embel dari sertifikasi itu,” ungkapnya saat dite mui oleh kru Warta.
Ongky, ketua panitia dalam seminar ini berharap, mahasiswa yang mengikuti seminar bisa mengetahui hakekat pendidikan yang sebenarnya. Selain itu, ia juga mengharapkan pemahaman mahasiswa mengenai pendidikan yang nantinya akan diterapkan, baik di lingkungan kampus mau pun diluar kampus.
“Idealisme pendidikan ini harus dijadikan sebagai filter, agar kita tidak mudah terasuki oleh sistem global yang menyajikan hal-hal yang pragmatis,” pungkasnya. (SNJ)
Tulisan ini dimuat di Tabloid WARTA STAIN Pamekasan Edisi 2 (Juli-Desember 2014) dalam rubrik "Kampusiana" saat penulis menjadi reporter di tabloid tersebut.
0 Response to "Mengembalikan Jati Diri Pendidikan"
Posting Komentar
Apa pendapatmu tentang tulisan ini?