
Pembinaan KPM PAR STAIN Pamekasan
Kampus masih sepi. Hanya terlihat beberapa orang yang memakai baju putih dan celana atau rok hitam. Sepertinya hanya aku yang memakai pakaian berbeda dari yang lain. Aku memakai kemeja plat-m dan celana jeans. Sebenarnya aku membawa baju putih dan almameter. Kalau keadaan tidak menndesak (tidak ada perintah dari yang berwenang untuk memakainya) aku tidak akan memakainya. Aku paling malas memakai hitam putih dan almameter. Lebih baik memakai pakaian biasa. Ya, aku memang tidak begitu suka dengan aturan tentang berpakaian.
Hari ini adalah pembnaan KPM yang pertama. Semua kordes, sekretaris dan bendahara diwajibkan menghadiri pembinaan ini. Setelah berbincang-bincang sebentar dengan beberapa orang teman, aku beranjak ke gedung sekretariat mahasiswa untuk mengatarkan undangan ke DEMA (semacam BEM) dan istirahat sebentar. Aku kaget waktu tiba disana. Di lantai dasar, tepatnya di depan kantor Mastapala ada TV. Sekma benar-benar komplit dengan banyak hal. Sudah lama aku tidak kemari, jadi baru tau kalau ada juga TV di gedung ini.
Sudah pukul 8, saatnya meluncur ke Auditorium. Cukup lama kami menunggu acara dimulai. Seperti biasa, selalu molor. Untuk menghabiskan waktu, aku memasang earphone dan mendengarkan lantunan music dari mp3 player. Tak lupa, mata juga aku ajak refreshing dengan memandang cewek-cewek kece di sekitar :D. Aku duduk bersama kordes dan bendahara kelompok 12.
Pak Mulyadi memulai acara. Suara yang khas dan tegas membuat perhatian kami tertuju padanya. Ia memberikan pengantar tentang pembinaan KPM 2014 ini. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan oleh pak Ainul, ketua P3M. Dari penjelasannya kami tahu kalau KPM PAR pertama kali dilakukan tahun 2009. Saat itu PAR masih menjadi model pemberdayaan. Namun di tahun 2012 PAR menjadi instrument, digabungkan dengan pos daya masjid.
KPM PAR (Participatory Action Research) berbeda dengan KPM biasa. Dalam KPM PAR, mahasiswa tidak melakukan semuanya sendiri. Masyarakat juga dilibatkan dalam kegiatan dan program yang direncanakan. Parsitipasi aktif dari masyarakat diperlukan agar program yang sudah dibuat tidak berhenti ketika mahasiswa kembali ke kampus. Dengan begitu, program akan berkelanjutan.
KPM PAR diawali dengan mendata permasalahan yang ada di desa. Peserta KPM diharuskan untuk mencari masalah yang ada di desa dan mendapatkan data dari warga desa tentang permasalahan di desa, terutama masyarakat sekitar masjid.
“Maksimalkan 10 hari pertama untuk menggali data, lebih cepat ebih baik,” demikian kata pak Ainul
Setelah masalah sudah ditemukan. Selanjutnya yang harus dilakukan adalah memastikan, apakah masalah itu sumbernya dari masyarakat atau masyarakat hanya menjadi korban? Masalah bisa dikategorikan menjadi 2 hal,yakni masalah struktural (pola relasi di desa) dan masalah kultural (penyadaran, mengubah mindset masyarakat).
Setelah masalah di desa ditemukan, peserta KPM membuat program kerja berdasarkan data yang telah terkumpul (tentunya setelah dlakukan triangulasi data). KPM PAR tahun ini berbasis Pos Daya Masjid. Karenanya semua aktivitas untuk menyelesaikan masalah diarahkan ke masjid sebagai pusat aktivitas, lalu diterjemahkan ke dalam program. KPM PAR Pos Daya Masjid, gerakan gotong royong dengan memanfaatkan modal sosial. Disamping mendapatkan data, juga mencari potensi di sekitar masjid.
Selain pembekalan langsung, kami juga mendapatkan buku panduan KPM dari kampus. Pembekalan seperti ini masih akan terus dilakukan beberapa kali sampai nantinya KPM PAR terlaksana. (24/5)
Hari ini adalah pembnaan KPM yang pertama. Semua kordes, sekretaris dan bendahara diwajibkan menghadiri pembinaan ini. Setelah berbincang-bincang sebentar dengan beberapa orang teman, aku beranjak ke gedung sekretariat mahasiswa untuk mengatarkan undangan ke DEMA (semacam BEM) dan istirahat sebentar. Aku kaget waktu tiba disana. Di lantai dasar, tepatnya di depan kantor Mastapala ada TV. Sekma benar-benar komplit dengan banyak hal. Sudah lama aku tidak kemari, jadi baru tau kalau ada juga TV di gedung ini.
Sudah pukul 8, saatnya meluncur ke Auditorium. Cukup lama kami menunggu acara dimulai. Seperti biasa, selalu molor. Untuk menghabiskan waktu, aku memasang earphone dan mendengarkan lantunan music dari mp3 player. Tak lupa, mata juga aku ajak refreshing dengan memandang cewek-cewek kece di sekitar :D. Aku duduk bersama kordes dan bendahara kelompok 12.
Pak Mulyadi memulai acara. Suara yang khas dan tegas membuat perhatian kami tertuju padanya. Ia memberikan pengantar tentang pembinaan KPM 2014 ini. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan oleh pak Ainul, ketua P3M. Dari penjelasannya kami tahu kalau KPM PAR pertama kali dilakukan tahun 2009. Saat itu PAR masih menjadi model pemberdayaan. Namun di tahun 2012 PAR menjadi instrument, digabungkan dengan pos daya masjid.
KPM PAR (Participatory Action Research) berbeda dengan KPM biasa. Dalam KPM PAR, mahasiswa tidak melakukan semuanya sendiri. Masyarakat juga dilibatkan dalam kegiatan dan program yang direncanakan. Parsitipasi aktif dari masyarakat diperlukan agar program yang sudah dibuat tidak berhenti ketika mahasiswa kembali ke kampus. Dengan begitu, program akan berkelanjutan.
KPM PAR diawali dengan mendata permasalahan yang ada di desa. Peserta KPM diharuskan untuk mencari masalah yang ada di desa dan mendapatkan data dari warga desa tentang permasalahan di desa, terutama masyarakat sekitar masjid.
“Maksimalkan 10 hari pertama untuk menggali data, lebih cepat ebih baik,” demikian kata pak Ainul
Setelah masalah sudah ditemukan. Selanjutnya yang harus dilakukan adalah memastikan, apakah masalah itu sumbernya dari masyarakat atau masyarakat hanya menjadi korban? Masalah bisa dikategorikan menjadi 2 hal,yakni masalah struktural (pola relasi di desa) dan masalah kultural (penyadaran, mengubah mindset masyarakat).
Setelah masalah di desa ditemukan, peserta KPM membuat program kerja berdasarkan data yang telah terkumpul (tentunya setelah dlakukan triangulasi data). KPM PAR tahun ini berbasis Pos Daya Masjid. Karenanya semua aktivitas untuk menyelesaikan masalah diarahkan ke masjid sebagai pusat aktivitas, lalu diterjemahkan ke dalam program. KPM PAR Pos Daya Masjid, gerakan gotong royong dengan memanfaatkan modal sosial. Disamping mendapatkan data, juga mencari potensi di sekitar masjid.
Selain pembekalan langsung, kami juga mendapatkan buku panduan KPM dari kampus. Pembekalan seperti ini masih akan terus dilakukan beberapa kali sampai nantinya KPM PAR terlaksana. (24/5)
0 Response to "Pembinaan KPM PAR STAIN Pamekasan"
Posting Komentar
Apa pendapatmu tentang tulisan ini?