
Ramadhan Day 3: Tersesat di Tempat
Malam ini adalah malam ketiga di bulan Ramadhan. Kalau siang kemarin aku menghabiskan waktu di Pamekasan, sekarang –malam ini- aku punya cerita lain. Setelah shalat tarawih, aku bersiap untuk perg ke warnet. Itu karena hari ini adalah hari terakhir pendaftaran beasiswa Dataprint. Aku emang sering sekali begini. Kalau gak pas momnt-moment terakhir, ya santa-santai aja. Nah, pas dikejar deadline seperti sekarang ini aku malah kelimpungan.
Karena tidak punya flashdisk untuk menyimpan data yang diperlukan untuk mendaftar, aku bawa aja netbook. Dengan sepeda motor aku cari warnet yang buka di sekitar. Sialnya warnet di dekat rumah tutup, begitu pun warnet nan jauh di sana. Terpaksa aku berkelana seperti ghost rider (minus api) menuju kabupaten tetangga, Bangkalan. Cukup lama sepeda motorku berpacu dengan kecepatan tinggi, maklum saat itu jalan lagi sepi. Sepanjang jalan aku melihat ke kiri dan ke kanan, sekedar untuk mencari keberadaan warnet yang mungkin ada disana. Hingga sampai di Pasar Blega Bangkalan, masih belum ada warnet yang berhasil aku temukan.
Aku heran, dari sekian kilometer jalanan yang aku lalui tidak ada satu pun warnet. Apakah sekarang sudah zaman modern atau masih zaman batu? Sempat aku bertanya pada 2 orang cewek yang kutemui sedang berjalan di pinggir jalan. Lumayan cantik sih, body nya juga yahud. Lagi-lagi aku lupa minta nomernya. Well, akhirnya aku temukan warnet setelah mengikuti arahan kedua cewek tersebut ditambah arahan warga lainnya. Ternyata aku harus memutar arah karena warnetnya aku lewati.
Salah satu persyaratan untuk mendaftar beasiswa Dataprint adalah menyertakan essay dengan tema “Pasar Bebas ASEAN”. Aku sih sudah membuat 2 essay berkaitan dengan tema tersebut. Satunya untukku dan satunya lagi untuk temanku. Bukan tanpa alasan aku membuatkan temanku essay. Selain essay, ada juga persyaratan lain, yakni kupon dataprint. Temanku punya 2 kupon, sementara aku tidak punya. Nah, kita pun melakukan barter. Aku menuliskan essaynya, dia memberikan kupon padaku. Cukup adil kan.
Parahnya, di warnet tersebut tidak ada flashdisk –yang rencananya akan kugunakan untuk memindahkan file essay dari netbook ke komputer. Terpaksa aku harus mengetik ulang dua essay yang masing-masing satu lembar bahkan lebih. Selesai mendaftar, aku sempatkan untuk membuka email dan facebook. Lalu, aku meluncur pulang.
Dalam perjalanan pulang sepeda motor yang aku kendarai beberapa kali terbang dengan kecepatan tinggi. Karena keadaan jalan yang berlubang dan tanpa penerangan, ditambah jalur yang aku ambil adalah jalur lomaer –yang jarang aku lewati- maka berkali-kali aku terperosok lubang. Kecepatan aku pacu maksimal meskipun jalan bergelombang. Akibatnya aku seolah seperti menjelma menjadi Terminator yang memacu motornya di udara. Tak seperti perjalanan ketika berangkat, perjalanan pulang dari Bangkalan ke rumah aku tempuh hanya dalam waktu 15 menit. Alhamdulillah, tubuh masih utuh dan sampai dengan selamat.
Karena tidak punya flashdisk untuk menyimpan data yang diperlukan untuk mendaftar, aku bawa aja netbook. Dengan sepeda motor aku cari warnet yang buka di sekitar. Sialnya warnet di dekat rumah tutup, begitu pun warnet nan jauh di sana. Terpaksa aku berkelana seperti ghost rider (minus api) menuju kabupaten tetangga, Bangkalan. Cukup lama sepeda motorku berpacu dengan kecepatan tinggi, maklum saat itu jalan lagi sepi. Sepanjang jalan aku melihat ke kiri dan ke kanan, sekedar untuk mencari keberadaan warnet yang mungkin ada disana. Hingga sampai di Pasar Blega Bangkalan, masih belum ada warnet yang berhasil aku temukan.
Aku heran, dari sekian kilometer jalanan yang aku lalui tidak ada satu pun warnet. Apakah sekarang sudah zaman modern atau masih zaman batu? Sempat aku bertanya pada 2 orang cewek yang kutemui sedang berjalan di pinggir jalan. Lumayan cantik sih, body nya juga yahud. Lagi-lagi aku lupa minta nomernya. Well, akhirnya aku temukan warnet setelah mengikuti arahan kedua cewek tersebut ditambah arahan warga lainnya. Ternyata aku harus memutar arah karena warnetnya aku lewati.
Salah satu persyaratan untuk mendaftar beasiswa Dataprint adalah menyertakan essay dengan tema “Pasar Bebas ASEAN”. Aku sih sudah membuat 2 essay berkaitan dengan tema tersebut. Satunya untukku dan satunya lagi untuk temanku. Bukan tanpa alasan aku membuatkan temanku essay. Selain essay, ada juga persyaratan lain, yakni kupon dataprint. Temanku punya 2 kupon, sementara aku tidak punya. Nah, kita pun melakukan barter. Aku menuliskan essaynya, dia memberikan kupon padaku. Cukup adil kan.
Parahnya, di warnet tersebut tidak ada flashdisk –yang rencananya akan kugunakan untuk memindahkan file essay dari netbook ke komputer. Terpaksa aku harus mengetik ulang dua essay yang masing-masing satu lembar bahkan lebih. Selesai mendaftar, aku sempatkan untuk membuka email dan facebook. Lalu, aku meluncur pulang.
Dalam perjalanan pulang sepeda motor yang aku kendarai beberapa kali terbang dengan kecepatan tinggi. Karena keadaan jalan yang berlubang dan tanpa penerangan, ditambah jalur yang aku ambil adalah jalur lomaer –yang jarang aku lewati- maka berkali-kali aku terperosok lubang. Kecepatan aku pacu maksimal meskipun jalan bergelombang. Akibatnya aku seolah seperti menjelma menjadi Terminator yang memacu motornya di udara. Tak seperti perjalanan ketika berangkat, perjalanan pulang dari Bangkalan ke rumah aku tempuh hanya dalam waktu 15 menit. Alhamdulillah, tubuh masih utuh dan sampai dengan selamat.
0 Response to "Ramadhan Day 3: Tersesat di Tempat"
Posting Komentar
Apa pendapatmu tentang tulisan ini?