Penelitian untuk Siapa (Saja)?

Penelitian untuk Siapa (Saja)?

Penelitian untuk Siapa (Saja)?

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, dunia akademisi tak lepas dari tiga prinsip utama yang dinamakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat merupakan komponen yang tak terpisahkan dari kaum intelektual yang bermukim dalam Perguruan Tinggi, termasuk STAIN Pamekasan. Penelitian sebagai bagian dari ketiga poin tersebut akan menjadi pembahasan pada Laporan Khusus kali ini, mengingat penelitian merupakan hak semua orang dan kewajiban kaum intelektual.

Menurut Webster’s New Internasional Dictionary, penelitian (research) adalah pemeriksaan atau pengujian yang diteliti dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip, penyelidikan tekun guna memastikan suatu hal. Penelitian pada hakikatnya adalah suatu bentuk rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Rasa ingin tahu ini diwujudkan dalam bentuk pencarian data dan pengamatan dengan menggunakan metode yang sistematis. Manusia yang penuh dengan rasa keingintahuan sudah tentu melakukan kegiatan meneliti, baik yang bersifat sederhana maupun yang lebih sistematis.

Menurut Ainurrahman, kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M), penelitian sesungguhnya merupakan kegiatan yang mencoba memetakan, memahami kualitas berdasar kepada metodologi yang dipakai.

“Setiap kebijakan yang menyangkut orang banyak sebaiknya didahului oleh penelitian, supaya kebijakan yang dibuat hasilnya bisa mengakomodir semua kepentingan,” ujarnya.

Manfaat penelitian sebenarnya sangat besar, tidak hanya pada peneliti namun juga bagi masyarakat luas. Bagi peneliti, penelitian yang ia lakukan akan menambah wawasan keilmuannya serta meningkatkan pemikiran menjadi lebih sistematis. Sedangkan bagi masyarakat luas, hasil dari penelitian bisa digunakan sebagai acuan untuk melakukan sesuatu. Penelitian murni yang berbasis keilmuan akan memperkaya khazanah keilmuan dan bisa digunakan sebagai batu loncatan untuk melakukan penelitian lanjutan. Penelitian terapan bisa diimplementasikan dalam praktek keseharian. Misalnya saja, penelitian tentang tembakau bisa digunakan oleh pemerintah untuk membuat kebijakan terkait tembakau, petani tembakau juga bisa menerapkan secara langsung hasil dari penelitian tersebut.

Dalam perguruan tinggi meneliti adalah kewajiban. Sebelum melangkahkan kaki keluar dari kampus, mahasiswa diharuskan untuk melakukan penelitian sebagai tugas akhir yang berupa skripsi. Demikian halnya dengan tenaga pengajar (dosen) yang mempunyai tanggungan untuk meneliti. Dalam hal ini, P3M sebagai unit yang mewadahi penelitian menyediakan alokasi dana untuk membiayai penelitian yang dilakukan oleh dosen. Tahun ini proposal yang diajukan ke P3M sejumlah 61 proposal, dan yang terpilih adalah 45 proposal. Dana yang digelontorkan untuk setiap proposal penelitian yang terpilih tak kurang dari 10 juta rupiah.

Keikutsertaan Mahasiswa

Sesuai dengan penuturan Ainurrahman, penelitian di P3M memang hanya diperuntukkan untuk dosen. Meskipun dana penelitian hanya ditujukan kepada dosen, mahasiswa juga bisa dilibatkan di dalam kegiatan penelitian. Dosen bisa mengajak mahasiswa untuk ikut serta berkolaborasi dalam tim peneliti. Idealnya hal tersebut memang perlu untuk dilakukan, mengingat dengan melibatkan langsung mahasiswa, maka mahasiswa akan mempunyai pandangan dan pengalaman langsung tentang kegiatan penelitian. Mereka bisa mempraktekkan ilmu yang telah didapat di kampus dan bisa bertukar pikiran dengan dosen peneliti.

Menurut Ainurrahman, para dosen memang sudah lama diwanti-wanti oleh P3M untuk mengikutsertakan mahasiswa dalam setiap penelitian. Memang tak semua dosen melakukannya, hanya sebagian kecil dosen yang melibatkan mahasiswa. Salah satunya adalah Abdul Ghafur. Dosen progam studi Tadris Bahasa Inggris ini mengaku pernah mengikutsertakan mahasiswa untuk mencari dan mengumpulkan data ke lapangan terkait dengan penelitian yang ia lakukan. Data yang sudah terkumpul kemudian diangkat menjadi sebuah karya penelitian. 

Kolaborasi seperti ini memang akan membantu mahasiswa untuk ta’aruf dengan kegiatan penelitian. Namun akan lebih efektif jika mahasiswa terjun langsung sebagai peneliti, tidak hanya membantu mengumpulkan data, namun juga mengolah data tersebut hingga menghasilkan sebuah karya penelitian yang utuh. Selama ini hal tersebut belum terealisasi, mengingat penelitian di lingkungan kampus plat merah ini masih berfokus pada dosen. Mahasiswa masih belum memiliki ruang dan wadah untuk menjadi seorang peneliti muda dan menyumbangkan ide serta menerapkan ilmunya agar bisa bermanfaat bagi banyak orang. Ilmu yang didapat dari ruang kelas tentunya akan lebih berguna jika ditransformasikan menjadi karya penelitian.

Ketua STAIN Pamekasan, Taufiqurrahman menyetujui pentingnya mahasiswa melakukan penelitian di luar skripsi. Menurutnya, kebiasaan mahasiswa dalam memproduksi tulisan berbasis kegiatan penelitian dapat mempermudah dan memperlancar mereka saat menekuni penulisan skripsi. 

“Sudah lama kami mendambakan dan menunggu-nunggu mahasiswa untuk memproduksi tulisan berbasis penelitian ilmiah selain skripsi untuk kemudian dipublikasikan pada jurnal ilmiah maupun dalam bentuk buku. Bukankah buah dari prestasi belajar yang paling menonjol adalah produk karya ilmiah hasil kuliah yang dipublikasikan?” tandas Taufiq.

Seyogyanya, meneliti bukanlah kegiatan  eksklusif, yang hanya diperuntukkan untuk dosen. Mahasiswa sebagai bagian tak terpisahkan dari kampus juga mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan tempat dalam kegiatan penelitian.

Respon Mahasiswa

Untuk mengetahui minat mahasiswa dalam melakukan penelitian, crew Activita menyebarkan angket kepada mahasiswa STAIN Pamekasan. Sebanyak 195 Angket  disebarkan secara merata kepada mahasiswa di tiap program studi dari angkatan 2011, 2012 dan 2013. Hasil yang diperoleh pun beragam. 

Ketika ditanya mengenai sulit tidaknya melakukan sebuah penelitian, 60% responden mengaku bahwa penelitian itu tidak terlalu sulit, sedangkan 40% sisanya masih menganggap penelitian sebagai sesuatu yang sulit bagi mereka. Nor Hasanah, mahasiswa PBA semester 7 mengaku penelitian itu sulit jika peneliti tidak menguasai metode atau hanya menjadikan penelitian sebagai keharusan semata. Lain halnya dengan Rofiqi, mahasiswa PAI semester 5. Menurutnya, jika sistematika penelitian dikuasai oleh mahasiswa, tidak akan ditemui kesulitan yang berarti. 

Ada sebanyak 89% responden yang sangat tertarik untuk melakukan penelitian. Mereka menganggap penelitian adalah sesuatu yang sangat menarik. 10% lagi menganggap hal tersebut tidak menarik dan 1% tidak menjawab. 

Pertanyaan selanjutnya mengenai minat mahasiswa untuk melakukan penelitian non-skripsi. Mayoritas responden tertarik untuk melakukan penelitian di luar skripsi, yakni sebesar 68%, 31% tidak tertarik dan 1% tidak menjawab. 

Meskipun tingkat ketertarikan mahasiswa terhadap penelitian terbilang tinggi, namun masih banyak yang belum mengetahui tentang adanya unit khusus yang mendanai penelitian untuk para dosen, yang di dalamnya mahasiswa juga bisa ikut terlibat. 46% responden yang kami temui mengetahui tentang adanya alokasi dana untuk penelitian. Kemudian 49% tidak mengetahui tentang hal tersebut dan 5% tidak menjawab. Hal ini patut dicermati, mengingat sosialisasi tentang kolaborasi dosen dengan mahasiswa sangatlah penting.

Hampir semua responden setuju jika dana penelitian yang selama ini dikhususkan untuk dosen juga diperuntukkan untuk mahasiswa. 90% mahasiswa setuju, 5% tidak setuju dan 5 % tidak menjawab. Demikian halnya dengan ketertarikan mahasiswa untuk terlibat langsung jika hal tersebut terealisasi. 87% responden mengaku tertarik dan siap untuk berpartisipasi dan melakukan penelitian seandainya pihak kampus mengalokasikan dana untuk kegiatan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa. 

Dari hasil temuan diatas, bisa ditarik benang merah bahwa mahasiswa sangat tertarik untuk terlibat langsung dan menjadi peneliti, tidak hanya untuk tugas akhir namun juga penelitian non-skripsi. Namun minat yang tinggi tidak dibarengi dengan pemahaman mereka tentang penelitian, sehingga banyak yang masih menganggap kalau penelitian adalah sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Untuk itu perlu adanya pelatihan tentang penelitian. Selama ini pengetahuan tentang hal tersebut hanya didapatkan di dalam kelas melalui beberapa mata kuliah terkait. P3M sebagai unit yang mewadahi kegiatan penelitian di lingkungan kampus perlu kiranya untuk semakin intens mengadakan workshop atau pelatihan, tidak hanya untuk kalangan dosen, mahasiswa juga perlu dilibatkan.

P3M sebenarnya pernah mengajukan perubahan anggaran agar nantinya P3M bisa memfasilitasi mahasiswa untuk melakukan penelitian. Tapi hal tersebut tidak mendapatkan respon yang positif dari pusat.  

“Saya pernah berdialog dengan kepala penelitian dan pengabdian pusat di Jakarta, tapi beliau mengatakan untuk sementara belum perlu mahasiswa dibiayai untuk melakukan penelitian, karena katanya penelitian mahasiwa sudah di lakukan selama ini melalui skripsi. Kami akan terus mencoba untuk mempertanyakan tentang hal itu. Yang jelas bukan masalah dana yang utama, tapi bagaimana mencari kesempatan untuk melakukan penelitian,” ungkap Ainur.

Menurut Ainurrahman, peran anggota legislatif, baik pusat maupun daerah sangat dibutuhkan dalam hal ini. Karena bagaimana pun mereka lah yang bisa mendesak pemerintah untuk segera mengadakan perubahan anggaran penelitian.

Mahasiswa juga seharusnya tidak tinggal diam. Hakikatnya, penelitian itu tidak melulu membutuhkan biaya yang besar. Ia mengatakan, penelitian dengan menggunakan kuesioner bisa dilakukan dengan biaya yang murah, namun harus tetap sungguh-sungguh dan menggunakan metodologi yang benar.

Ainurrahman juga mengkritik para aktivis yang sering melakukan demonstrasi. Ia berpendapat, sebagai insan akademis seharusnya dalam melakukan tuntutan didasari dengan fakta lapangan, tidak hanya mengacu pada argumen perseorangan ataupun hanya sekedar berlandaskan “katanya”. Salah satu yang bisa dilakukan adalah mengawali dengan melakukan penelitian kecil-kecilan.

“Kalau aksi demo diawali dengan penelitian, kan jadi elegan. Tidak perlu lagi adanya pengrusakan fasilitas kampus. Kalau sekedar ‘katanya’ siapapun juga bisa berargumen asal,” sentilnya.

Lomba Penelitian

Sebenarnya, peluang masih terbuka lebar bagi mahasiswa, meskipun kampus sepertinya sulit untuk mendanai penelitian melalui P3M. Menurut Atiqullah, Wakil Ketua III, ada banyak sekali perlombaan yang diadakan oleh PTAIN, Kementerian Agama (Kemenag) maupun pihak yang lain. Secara terpisah, Taufiqurrahman juga mengungkapkan hal senada. Dalam wawancara tertulis ia mengungkapkan, sangat banyak lembaga yang memberi kesempatan dan peluang bagi mahasiswa untuk mengikuti lomba penelitian ilmiah. Sayangnya, sangat jarang mahasiswa yang bersedia untuk merespon dan mengikuti perlombaan tersebut. Kalau pun ada, kuantitasnya sangat sedikit dan bahkan sajian informasinya kurang kompetitif.

Ia melanjutkan, lembaga atau penyedia lomba tersebut diantaranya; kegiatan PIONER (Pekan Ilmiah Olah Raga Seni dan Riset) bagi mahasiswa PTAIN (yang meliputi STAIN, IAIN dan UIN) se-Indonesia. Ada juga lomba penelitian oleh HIPIS (Himpunan Ilmu-Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Sosial), LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Habibie Center, KanwilKanwil Balitbang Kemenag, Direktorat Madrasah Kemenag Pusat, Yayasan Supersemar dan lainnya.

Tiap tahun mahasiswa juga berkesempatan untuk mengirimkan hasil penelitiannya pada forum AICIS (Annual International Conference on Islamic Studies) PTAIN yang diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (DIKTIS) Kemenag. DIKTIS pun juga sering mengadakan lomba karya tulis ilmiah berupa skripsi, tesis dan disertasi terbaik. Semuanya dibiayai antara 10 sampai 150 juta, tidak termasuk biaya transportasi, presentasi dan penginapan di hotel berbintang.

“Peluang untuk mengikuti lomba-lomba penelitian itu sesungguhnya banyak diinformasikan di internet. Sayangnya, amat jarang mahasiswa memanfaatkan kesempatan itu secara serius. Padahal lomba riset itu bagian dari tantangan yang harus direspon oleh setiap pribadi mahasiswa sebagai wujud dari posisinya selaku agent of change,” pungkasnya.

Banyaknya perlombaan tidak sejalan dengan sosialisasi yang dilakukan. Kenyataan yang ada, banyak mahasiswa yang tidak tahu tentang adanya lomba-lomba penelitian yang sudah disebutkan di atas. Berdasarkan pantauan crew Activita, sedikit sekali poster maupun pengumuman di majalah dinding (mading) kampus mengenai lomba penelitian. Banyaknya peluang seharusnya diimbangi dengan sosialisasi kepada mahasiswa, baik dengan memasang pengumuman di mading kampus maupun memberikan instruksi kepada dosen untuk mensosialisasikan pada saat pembelajaran di kelas. Mahasiswa barangkali bukannya tidak tertarik, akan tetapi tidak tahu. 

Alternatif

P3M bukan satu-satunya cara untuk membudayakan kegiatan penelitian bagi mahasiswa. Melihat kenyataan di atas, pihak pimpinan harus jeli memanfaatkan beragam peluang yang ada. Ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan oleh STAIN Pamekasan. 

Pertama, perlu adanya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang menjadi wadah bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian. Sampai saat ini di STAIN Pamekasan masih belum ada UKM Penelitian. Padahal dengan adanya UKM tersebut akan lebih memudahkan mahasiswa untuk mendalami penelitian, menerapkan serta mengembangkan potensi diri. 

Menanggapi hal ini, Atiqullah berpendapat hal itu tidak perlu untuk dilakukan. UKM PI (Pengembangan Intelektual) menurutnya bisa dijadikan sebagai wadah untuk mahasiswa yang tertarik untuk mendalami dunia penelitian. “Selama ini kan UKM PI hanya identik dengan penyampaian gagasan secara lisan. Kita bisa meleburkan penelitian ke dalamnya karena masih berkaitan dengan pengembangan intelektual,” tuturnya. 

Tak begitu berbeda, Taufiqurrahman juga menyarankan untuk menggunakan UKM yang sudah ada, tak perlu lagi menambah UKM baru. “Di kampus STAIN Pamekasan misalnya, sudah ada UKM-PI dan pengelola majalah Activita. Jika masih ingin ada wadah khusus, silahkan membentuk kelompok kecil dulu tanpa harus diformat sebagai organisasi formal karena hanya akan menghabiskan waktu untuk penataan kelembagaan beserta aturan-aturan ketatnya. Belum lagi mempersoalkan kelengkapan dasar ATK, lokasi kantor untuk beraktivitas, dana awal dan insentifnya sebelum memulai berkinerja,” ujarnya.

Apapun wadah yang akan digunakan, baik itu membentuk UKM baru maupun memanfaatkan yang sudah ada, hal tersebut akan meningkatkan budaya penelitian di lingkungan STAIN Pamekasan. Baik WK III, P3M maupun Ketua STAIN Pamekasan sudah mengamininya. Yang harus dilakukan hanyalah merealisasikan hal tersebut ke dalam bentuk kerja nyata. Talk less, do more.

Kedua, mahasiswa harus aktif mencari sumber pendanaan dari luar kampus. Taufiqurrahman mengatakan, mahasiswa bisa mengajukan proposal penelitian kepada lembaga-lembaga penelitian semisal Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) baik di daerah, kabupaten maupun provinsi dan balitbang di kementerian yang terkait dengan penelitian yang diajukan.

Abdul Ghafur juga sependapat. Menurutnya mahasiswa bisa menggunakandana sponsor, baik dari pihak swasta ataupun dari pihak penyedia dana penelitian. Demikian halnya dengan pihak kampus, perlu juga untuk bekerjasama dengan pihak swasta agar mendapatkan suntikan dana untuk membiayai penelitian mahasiswa.

Ketiga, diterbitkannya jurnal khusus untuk hasil penelitian mahasiswa. Hal ini disampaikan oleh Abdul Ghafur. Menurutnya, dengan mempublikasikan hasil penelitian terpilih yang dilakukan oleh mahasiswa, hal itu bisa memotivasi mereka untuk semakin giat melakukan penelitian dan menularkan virus positif tersebut ke mahasiswa yang lain. Hal ini bisa dilakukan di tiap program studi, jurusan maupun kampus.

Keempat, mahasiswa harus mandiri dan memulai penelitian menggunakan kantong pribadi. Kalau mahasiswa hanya menunggu keluarnya dana untuk meneliti, akan membutuhkan waktu yang lama bagi mereka untuk melakukannya. Jika memang mahasiswa masih merasa sebagai agent of change dan agent of social control, seharusnya kegiatan penelitian merupakan kegiatan rutin yang terus dilakukan dan mendarah daging.

Hal ini bisa diawali dengan melakukan penelitian sederhana terkait hal-hal di sekitar kampus maupun melakukan penelitian untuk mengkritik kebijakan kampus. Bahkan organisasi mahasiswa (ormawa) bisa melakukan penelitian untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh mahasiswa demi mengembangkan organisasi menjadi lebih baik. Beberapa ormawa memiliki divisi penelitian dan pengembangan (Litbang). Untuk apa ada divisi tersebut jika tak difungsikan sebagaimana mestinya?

Dengan membudayakan penelitian di kalangan mahasiswa, kualitas lulusan akan semakin meningkat. Pusat Penjaminan Mutu (P2M) berharap, penelitian yang dilakukan nantinya orisinil, sehingga mahasiswa bisa menguasai penelitian dan akhirnya akan meningkatkan kualitas dari mahasiswa itu sendiri. Kemudian output lulusan nantinya akan lebih kompetitif dan mampu menerapkan hasil penelitiannya saat terjun ke masyarakat.

P3M berharap agar semua tindakan yang ada di kampus semestinya didasari oleh penelitian. Sedangkan Taufiqurrahman berpesan kepada mahasiswa untuk menjadi problem solver melalui karya penellitian maupun karya ilmiah lainnya, dan berhenti menjadi trouble maker. 

Pada akhirnya, apapun yang diupayakan oleh kampus akan sia-sia jika mahasiswa tidak aktif  untuk menjadi peneliti muda. Percuma ada alokasi dana jika tidak ada yang berminat melakukan penelitian. Mindset yang selama ini terpikat pada dana harus diubah agar tidak lagi menganggap penelitian sebagai kegiatan yang mahal. Untuk itu peran aktif dosen untuk mengarahkan dan membimbing mahasiswa tak dapat dielakkan. Di lain pihak, mahasiswa harus bergerak cepat dan memanfaatkan berbagai peluang yang muncul, serta sering berkomunikasi dengan dosen. Meningkatnya budaya penelitian di kampus serta aktifnya peneliti muda akan menjadikan STAIN Pamekasan bisa bersuara lantang di tingkat nasional maupun internasional.

*) Tulisan ini dimuat di Rubrik “Laporan Khusus” Majalah Activita Edisi 37 (Agustus 2014) yang diterbitkan oleh LPM Activita.



0 Response to "Penelitian untuk Siapa (Saja)?"

Posting Komentar

Apa pendapatmu tentang tulisan ini?

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel