Menerawang dengan Mata Madura

Menerawang dengan Mata Madura


Beberapa bulan yang lalu saya berkunjung ke kampus. Di parkiran saya berpapasan dengan dosen saya yang bernama Pak Malhum. Saya memang tidak pernah diajari langsung di kelas. Dia adalah pemimpin redaksi (pemred) tabloid kampus tempat saya berproses –saat masih menjadi mahasiswa. Spontan saja dia menawarkan saya untuk bekerja di tabloid bernama Mata Madura.

Singkat cerita, saya bertemu dengan pemred tabloid Mata Madura. Bisa dibilang tabloid ini sedang melebarkan sayap. Dari yang sebelumnya bernama Mata Sumenep kini bertransformasi menjadi Mata Madura. Saya ditawarkan untuk menjadi reporter di Sampang, karena scope-nya memang se-Madura.
Beberapa edisi telah dilalui. Majalah dwi mingguan ini bukan tanpa kendala. Seperti halnya media cetak lainnya, persoalan teknis kadang timbul. Telat terbit terjadi di awal-awal. Masalah pemasaran juga masih menjadi PR hingga kini. Namun perlahan namun pasti kami sudah bisa menemukan kemasan yang akan disuguhkan kepada pembaca. Format tabloid belakangan diubah menjadi majalah. Tentunya karena berbentuk majalah, sajian di dalamnya berbeda dengan koran. Lebih mendalam, lebih unik dan lebih berwarna.

Sebenarnya saya sudah mengajar, tepatnya menjadi guru sukwan. Saya senang mengajar. Namun saya juga masih tertarik untuk terjun di dunia jurnalistik. Selain karena di kampus saya berproses di pers kampus, dunia jurnalistik menurut saya memiliki pesona tersendiri. Untungnya saya masih bisa membagi waktu antara mengajar dan kegiatan jurnalistik di Mata Madura. Belakangan saya mendapatkan bantuan dari seorang teman.

Saya masih amatir dan perlu belajar banyak. Dunia jurnalistik di dalam kampus dengan di luar kampus memang tidaklah sama. Banyak hal baru yang saya temui. Tidak hanya dari segi pengolahan kata dan permainan bahasa. Persoalan teknis di lapangan juga menanti untuk dipelajari. Semoga saja saya tetap bisa membagi waktu. Menjadi penyambung ilmu serta pengungkap fakta.

0 Response to "Menerawang dengan Mata Madura"

Posting Komentar

Apa pendapatmu tentang tulisan ini?

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel