
Drama Kopi Mirna
Hampir semua orang yang ada di dunia ini suka dengan drama. Karena itulah industri film tidak pernah sepi peminat, begitu juga sinetron, dan acara TV lain yang menampilkan drama kehidupan.
Beberapa bulan terakhir perhatian masyarakat Indonesia terarah kepada drama persidangan Jessica. Singkat cerita, Mirna Salihin kehilangan nyawa setelah meneguk kopi yang diduga mengandung racun sianida. Jessica menjadi terdakwa dalam kasus ini. Semua mata tertuju padanya.
Persidangan Jessica dalam kasus pembunuhan Mirna menjadi pemberitaan utama selama beberapa bulan terakhir. Kepribadian Jessica yang didukung oleh perdebatan kuasa hukum dan Jaksa Penuntut Umum (JPU) selama persidangan semakin mewarnai persidangan. Ditambah lagi proses pembuktian yang tidak mudah karena tidak ada saksi kunci. Maka tak heran kasus ini belum juga tuntas meski sudah melewati lebih dari 20 persidangan. Kini persidangan sudah memasuki babak akhir.
Kasus kematian Mirna mengingatkan saya pada kasus pembunuhan Munir. Munir adalah aktivis HAM yang selalu bersuara lantang kepada pemerintah dan pihak-pihak yang melanggar HAM. Munir dibunuh di dalam pesawat terbang dengan menggunakan racun arsenik. Meski Policarpus -pilot pesawat- sudah dinyatakan bersalah, namun aktor intelektualnya sampai saat ini belum terungkap. Tim Pencari Fakta yang sudah dibentuk di zaman Presiden SBY sebenarnya sudah melakukan penyelidikan untuk mencari temuan terkait kasus ini. Berkasnya pun juga sudah dilimpahkan ke pemerintah. Tapi sampai saat ini isi dari temuan tim TPF belum juga dikuak. Kasus Munir dilupakan dan tenggelam dimakan waktu.
Kembali ke kasus pembunuhan Mirna. Baik JPU maupun penasihat hukum Jessica sama-sama menunjukkan kelihaian mereka. Melalui keterangan saksi ahli, JPU mampu menunjukkan fakta-fakta yang memperkuat dugaan bahwa Jessica lah yang membunuh Mirna. Penasihat hukum Jessica tidak mau kalah dengan memanggil saksi ahli yang mempunyai pendapat berbeda dari saksi ahli JPU. Penasihat hukum juga mampu melihat kelemahan temuan yang disodorkan JPU. Ibarat pertandingan, sidang kasus pembunuhan Mirna adalah big match yang mampu menyedot banyak penonton.
Maka tak heran jika beberapa stasiun televisi menyiarkan secara langsung proses persidangan. Sehingga masyarakat Indonesia bisa melihat jalannya persidangan dari layar kaca. Opini publik pun terbentuk dengan sendirinya. Sebagian merasa yakin kalau Jessica memang merupakan pembunuh Mirna. Tapi ada juga yang merasa bahwa bukan Jessica pelakunya. Banyak juga sejumlah pakar yang mendapatkan panggung dari drama persidangan ini. Para pakar tersebut saling beradu argumen di sejumlah stasiun televisi untuk membahas tentang kematian Mirna dan proses persidangan.
Sampai palu diketok oleh hakim dan keputusan diambil, kita hanya bisa menduga-duga apakah Jessica bersalah atau tidak. Sebagai orang yang ditunjuk untuk memutuskan nasib seseorang di meja hijau, hakim harus jeli. Tidak boleh terpengaruh oleh opini publik. Keputusan yang diambil oleh hakim akan dipelototi oleh masyarakat. Karena itu saya meyakini bahwa hakim tidak akan gegabah dalam mengambil keputusan. Sudah saatnya kita menaruh kepercayaan pada penegakan hukum di negara ini. Meski masih banyak kita temukan ‘permainan’ di bawah meja hijau.
0 Response to "Drama Kopi Mirna"
Posting Komentar
Apa pendapatmu tentang tulisan ini?